Senin, 25 Januari 2016

assalamualaikum beijing

DEWA
dewa mengerti jika Ra terheran heran. Ini bukan hari mereka jadian, kenapa pemuda itu membawanya ke halte, tidak jauh dari dari kampusnya dulu. Ra sudah duduk tapi dewa membawa nya lebih jauh dengan suasana yang tidak terlalu ramai.
Dewa menuntun Ra berdiri persis ditempat empat tahun lalu gadis itu mengangguk sehingga kuncir satunya tergoyang. Wajah Ra yang biasa nya tenang, saat itu sedikit tersipu. Semburat samar dipipi kemudian menjelma tawa, melihat dewa lkncat kegirangan sepeeti anak kecil setelah mendengar jawaban Ra menerima cintanya yang tak bisa dilupakan. Seandainya waktu bisa diulang, keluh dewa dalam hati
"Dewa, ada apa?" Pertanyaan gadis nya menambah keresahan yang coba di kemas lelaki itu dalam senyum nya "Ra kamu tahu kan di halte ini?" Gadis itu mengangguk dan tak kan mungkin gadis itu melupakan dewa sejak SMA itu.  Kebetulan mereka di fakultas yang sama, sosok dewa seakan akan populer dan ada dimana mana begitu sering bertemu gadis itu di perpustakaan, kantin dan paling sering si halte tempat mereka menunggu bis menuju kampus. Keanehan mulai terjadi setelah dia memerhatikan cowok itu biasanya dibelakang gadis itu berjalan dia juga ikut menunggu kereta di stasiun hingga datang dan baru pergi ketika Ra melompat kedalamnya. Saking seringnya gadis yang awalnya tak peduli mulai merasa kehilangan ketika suatu hari berlalu bayangan dewa tak terlihat. "Ra?" "Ya?" Leheningan pecah "Disini pertama kali dewa bilang cinta sama Ra. Gadis berwajah mungil mengangguk di depannya."Dan itu sebab nya, dewa ingin bilang sesuatu yang sangat penting salam hidup dewa. "Hanya dalam hidup kamu?" Setengah menggoda kalimat itu dewa cepat cepat meralat "hanya dalam hidup Ra". Senja mulai turun, dewa menarik nafas berat tak tertahan kan tak ada keinginan memberikan kecuali kebahagiaan kepada gadis nya dan kabar nya sekarang Ra harus janji!" Mata dewa tiba tiba merasa iba "Ya" dan jawaban Ra meluncur lembut, baginya seolah tak perlu berlama lama  menjawab pembicaraan dewa "Ra harus percaya, cinta dewa cuma buat Ra. Harus percaya hidup dewa cuma buat Ra. Ra harus percaya Ra perwmpuan satu satunya yang dewa cinta tapi.. semua persiapan sudah dilakukan gedunh telah di booking catering pun sudah sia beserta undangan yang juga siap disebar " kamu ingin membatalkan pernikahan?" Laki2 itu menggeleng dengan tergesa gesa "bukan itu" "tapi kamu memakai kata 'tapi' tadi" dewa mengangguk "cuma Ra dalam hidup dewa" mereka bertatapan " tapi seperti kebanyakan orang manusia tak luput dari kesalahan begitu juga aku." Rasanya tak ada seorang perempuan yang sanggup melalui adegan ini dengan debar kekhawaatiran. "Kalau dewa tidak ingin membatalkan pernikahan lalu apa?" "Dewa minta maaf sebab sudah melakukan apa yang dewa benci dan semua orang juga benci, dewa sudah menghianati Ra." Si gadis bertegun "maksud kamu apa?" "Ra boleh marah boleh benci boleh caci maki dewa gakpapa tapi tolong.." suara itu mulai bernada putus asa " tolong jangan pergi dari kehidupan dewa" si gadis pun terdiam dewa pun menundukan wajah dan terdiam menahan tangis.

ASHIMA
jilbab warna cerahnya tertiup angin kencang yang menghembus hawa dingin november memaksa gadis itu merapat jaket tebal begitu keluar bandara.  "Jangan khawatir, china setelah olimpiade maju kok. Pasti banyak yang bisa bahasa inggris" oh ingin disumpalnya bibir mungil sekar sahabatnya. Empat pulih menit urusan bagasi mereka menemukan bus yang akan membawa nya ke 'youth hostel'  wajah yang ayu itu memulai percakapan dengan bahasa inggris dengan orang yang disampingnya asma mengantongi peta lokasi tapi hanya pemberhentian bus "berapa lamakah dari bandara ke tempat tujuan?" "Only twenty minutes" asma menghembuskan nafas lega ada orang yang bisa berbahasa inggris "thank you" ucapan terima kasih asma kepada orang tersebut. Pemuda itu membalas dengan senyuman hangat, sosok tampan itu tak hanya menarik di bibir namun juga matanya. Asma cepat menundukan wajahnya merasa bersalah lancang menikmati wajah asing disisinya. Jika sekar tahu pasti angan angan romantis bertumbuh besar bertebaran seperti pesan nya sebelum berangkat "berdoa, bismillah. Siapa tahu perjalanan tugas berbonus calon suami amin." "Kemungkinan kecil" bantah asma dalam hati. Dia tak sanggup membayangkan pernikahan dengan pasangan berbeda budaya dan agama. " jangan pesimis" suara sekara terngiang lagi. "Komunitas muslim di china kan banyak! Siapa tahu?" Hei tidak tahukah gadis itu bahwa cinta memerlukan waktu? Begitu lama pendekatan dan baru menjelang lulus dia memercayakan hatinya pada seseorang. Lagi pula berapa peluang menemukan lelaki muslim di beijing? Pertambahan populasi muslim di negri ini setahun hanya beberapa persen. Melihat pemandangan diluar jendela ditambah deretan lampu yang berkelap kelip. Kadang kadang diam itu nikmat membiarkan sepasang matanya bebas mengikuti cahaya lampu dikejauhan seeupa kunang kunang berlariam " iam Zhongwen" lelaki  disisinya cepat cepat menyodorkan tangan. Asma merespon dengan senyuman sambil mendekapkan tangan di depan dada "Asma"  meskipun merasa aneh dengan sikap asma lelaki itu cepat menunjuk tangan nya kepada asma "your name asma?" Asma mengangguk. Seketika ada keriangan kanak kanakan di wajah Zhongwen "Asma?"  Apa yang begitu aneh dengan nama yang sederhana? Masih tersenyum lelaki itu menatapnya "it reminds me of ashima." Beberapa menit berikutnya lelaki yang penampilanya terlalu rapih dan tak cocok dengan ransel tua yang dibawanya mengajak gadis disampingnya melintasi waktu dan kenangan memperkenalkan ashima kepada yunnan. "Her parents hoped she would be as beautiful as flower and as shiny as gold. They named her ashima." Di kursinya ashima terpaku dengan cepat menyadari betapa berbedanya dia dengan ashima. Terkait urusan cinta begitu sulit bagi gadis berwajah sederhana itu untuk memercayai perasaan orang lain terhadapnya. Selain dia pribadi memerlukn proses panjang mendalami perasaan kepada seseorang. Tiba tiba Zhongwen berdiri dan mengatakan "iam sorry, this is my stop, yours is next. I tell you the rest of the story some other time." Pemuda itu mengangguk tergesa geaa dengan sopan memberi kartu nama sebagai janji untuk menuntaskan kisah cinta ashima. "Call me if you need a help or someone to task to, ok?" Asma mengangguk. Jika sekar disini dia pasti sudah berjingkrak jingkrakan kegirangan. Sahabatnya yang berkerudung panjang bisa menjelma anak anak dalam sekejap. Sebuah kartu nama dan bisa menjadi janji bertemu yang menjadi saksi pertemuan itu sekejap melayang jatuh di trotoar dan dengan cepat teeinjak arus naik dan turun penumpang bus di halte. Ya. Asma dengan kecerobohan kecilnya kartu itu menghilang sebelum sampai di penginapan.

MOVE ON
Seorang gadis menatap layar ponsel. Tercenung. Patah hati yang dialami berusaha dilupakan perlahan merangkak kembali menyisakan nyeri. Dia tahu setiap patah hati harus segera mencari obat penawar luka dan bahwa mustahil hati terobati. Tanpa berusaha move on melanjutkan hidup sesegera mungkin betapa pun sulit. Hijrah dari air mata kepada  suka cita, hijrah dari masa lalu Dengan menutup rapat rapat dan memberi tanda 'selesai' sehingga tak menjadi beban ketika melangkah menuju masa depan. Hijrah dari kenangan kepada kenyataan.

Senin, 16 November 2015

Menunggu Hujan Datang

gemercik air indah ku dengar
tiupan angin menerpa senja
menunggu pelangi menyinari bunga mawar
tapi semua terasa hampa

matahari menyinar terik
tiada air sebagai kehidupan
tak ada burung berfikir cerdik
serasa meratapikenyataan

menunggu hujan datang
hanya doa setiapmalam kupanjatkan
agar kehidupan terasa riang
tiada tara selain kenikmatan